Rabu, 06 Mei 2009

Wayang Thingklung

Merupakan salah satu jenis kesenian wayang kulit yang secara khas masih bertahan di Kotagede. Ciri spesifik wayang thingklung adalah dhalang selain berperan menguasai jalan cerita dan memainkan wayang, juga melantunkan sendiri instrumen pengiring dengan suaranya. Sehingga dalam wayang thingklung tidak ada pengiring apapun, baik waranggana/sindhen maupun instrument gamelan.

Dalang dituntut untuk mampu menirukan suara gamelan pengiring dan menyelaraskan dengan dialog-dialog di setiap lakon yang muncul. Pada awalnya wayang ini menggunakan bahan kardus/karton namun kemudian diganti dengan bahan kulit.

Salah satu dhalang wayang thingklung yang ada di Kotagede bernama Mujiran alias Ki Tjermo Mudjihartono dari Dusun Karangduren. Pada beberapa kesempatan pentas, sering dikenal dengan nama Tjermo SM. Singkatan dari Tjermo Sumedi dan Marijan. Seperangkat wayang kulit yang dimiliki merupakan koleksi pribadi. Lakon-lakon yang sering dibawakannya adalah Babad Alas Martani, dan Antasena Takon Bapa. Keberadaan wayang thingklung ini pada awalnya menjadi salah satu seni pertunjukan yang khas bagi kesenian wayang yang berkembang di Kotagede.

Beberapa dhalang yang lain, adalah Ki Wajiman yang beralamat di Purbayan, dan Ki Parjudi yang beralamat di Gedhongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar