Minggu, 03 Mei 2009

Ambeng

Selamatan Ruwahan yang hanya terdiri dari ketan, kolak, dan apem itu biasanya terdapat haya di kota-kota. Di pedesaan selamatan ruwahan itu tidak hanya terdiri dari ketan kolak apem, akan tetapi memakai ambeg. Yang membuat dan mengeluarkan setiap satu rumah tangga satu ambeg.

Ujudnya tebok (semacam tampah) diberi alas daun pisang klutuk, ditengah diatur nasi wajar. Di bagian atas dibuat rata, lalu diatasnya diberi samir (tutup) dari daun pisang. Di atas samir diatur lauk pauk lengkap, umumnya terdiri dari sambal goreng, daging goreng, (daging lembu boleh, ayampun boleh), tempe bacem goreng, gereh petek diberi tepung dan digoreng, telur dadar atau telur matasapi, krupuk, rempeyek dan kacang tanah atau kedelai (hitam, putih), semur campur. Juga harus disertai bunga telon kemenyan seperlunya dan uang tindhih.Sesudah siap dan sampai pada waktunya ambeng itu oleh kepala keluarga atau suruhannya dibawa ke rumah yang sudah ditentukan di desa.

Bila semua ambeng sudah datang dan diatur di tempat tadi, bapak Modin atau Kaum lalu mengikrarkan tujuan selamatan dan membaca doa seperluya. Sebelum pak Modin berdoa semua uang tindhih dikumpulkan, diserahkan kepada Modi sebagai imbalan atas pekerjaannya memanjatkan doa. Selesai berdoa semua ambeng dibagi kembali kepada yang membawa atau yang mengeluarkan ambeng tadi. Oleh karena Pak Modin tidak mengeluarkan ambeng sendiri, maka dia diberi berkatan yang diambilkan dari masing-masing ambeng sedikit-sedikit. Ada yang diambil sambal gorengnya, ada yang diambil tempe gorengnya, dan seterusnya. Nasinya umumnya diambilkan secara merata dari masing-masing ambeng. Semua ditaruh diatas samir daun pisang yang dimasukkan dalam salang (keranjang terbuat dari anyaman janur daun kelapa hijau) untuk memudahkan membawanya. Diberikan kepada pak Modin. Kemudian makan bersama, ada yang makan ambengnya sendiri, ada yang makan hanya formalitas saja, kemudian bubar dengan membawa ambeng ke rumah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar