Minggu, 03 Mei 2009

Andong

Alat transportasi tradisional berupa kereta yang ditarik oleh kuda. Kehadiran andhong di Kotagede memberikan ciri khas dan cukup mendominasi moda angkutan umum bagi para pedagang dan pengunjung yang terkait dengan Pasar Gedhe Kotagede. Ciri fisik andhong adalah dasarnya terbuat dari kayu dengan perkuatan pelat-pelat besi, penutup atas dari kulit atau deklit dengan rangka besi tempa, beroda empat dua jejak, dimana semua roda terbuat dari kayu dan roda depan berukuran lebih kecil daripada belakang. Untuk kenyamanan, antara roda dan badan kereta dihubungkan dengan pegas yang bisa menyerap goncangan saat bergerak di jalan yang tidak rata. Komponen yang khas adalah lonceng dan lampu kuningannya. Tempat duduk terdiri dari dua lapis hadap depan, depan dan belakang, dan tersedia dek bagase di belakang.

Andhong biasanya ditarik oleh dua ekor kuda, namun pada saat kuda semakin kurang populer belakangan ini sebagian hanya ditarik satu kuda. Pengemudinya disebut kusir, duduk pada kursi depan kanan. Kapasitas penumpang normalnya adalah empat orang. Pada saat tidak beroperasi, andhong disimpan di gedhogan, sebenarnya kandang kuda yang digunakan sebagai garasi andhong. Sedangkan bengkel khusus andhong untuk wilayah Kotagede berada di kampung Jarakan.

Andhong memiliki penampilan yang anggun, karena merupakan turunan dari model kereta kerajaan (kereta kencana), yang banyak diilhami bentuk kereta kuda dari Barat. Oleh karena itu andhong tentu muncul lebih kemudian dibanding dengan cikar yang lebih asli. Andhong hanya dijumpai di kota-kota besar bekas kerajaan Jawa, berbeda dengan dhokar yang bisa tersebar di kota-kota kabupaten hingga kota kecamatan. Karena itu andhong bisa banyak dijumpai di Kotagede sebagai bekas ibukota Keraton Mataram, sekaligus bagian dari kota Yogyakarta sebagai kota kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Popularitas andhong tetap dapat bertahan seiring dengan perkembangan teknologi transportasi massal dewasa ini. Andhong sekarang cenderung dimanfaatkan sebagai angkutan wisata lokal. Kepemilikan andhong bukan monopoli orang Kotagede, bahkan lebih banyak dimiliki orang luar, misalnya dari Manggisan. Di Kotagede andhong masih cukup fungsional digunakan masyarakat umum, khususnya pedagang pasar. Andhong hilir mudik dari pasar Kotagede ke Pasar Beringharjo di pusat Kota Yogyakarta mengangkut ibu-ibu pedagang dengan segala barang dagangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar