Rabu, 06 Mei 2009

Watu Gilang

Batu pipih sebagai tempat duduk Panembahan Senapati melakukan tapa brata (bersemadi), dan menerima nasehat dari Lintang Johar. Cerita lain menyebutkan, bahwa Watu Gilang juga pernah digunakan Panembahan Senapati untuk membenturkan kepala Ki Ageng Mangir hingga meninggal, yang nampak bekasnya dalam bentuk bagian sudut yang lekuk dan retak.

Watu Gilang disimpan di dalam Cungkup Watu Gilang bersama dengan Watu Gatheng; dan Watu Genthong. Benda ini dibuat dari batu andesit berwarna hitam dan berbentuk persegi dengan ukuran 140x119x12,5 cm. Di atas batu tersebut terdapat beberapa tulisan dalam empat bahasa, yaitu: Latin, Perancis, Belanda, dan Itali.
Adanya berbagai tulisan dalam aneka bahasa menunjukkan bahwa setelah ibukota dipindahkan dari Kotagede ke Pleret, Watu Gilang bergeser tingkat kesakralannya.

Watu Gilang awalnya difungsikan sebagai tempat khusus Panembahan Senapati dalam rangka kegiatan rohani. Pergeseran nilai ini disebabkan disebabkan karena Kotagede tidak lagi dijadikan sebagai pusat Keraton Mataram, sehingga acara perlahan-lahan nilainya pun ikut berubah. Pergeseran tingkat kesakralan Watu Gilang dapat dilihat pada banyaknya prasasti pendek dipermukaannya yaitu :

ITA MOVETUR MUNDUS (Bahasa Latin),
AINSI VALE MONDE (Bahasa Perancis),
ZOO GAAT DE WERELD (Bahasa Belanda), dan
COSI VAN IL MONDO (Bahasa Itali).

Kalimat-kalimat tersebut disusun secara melingkar. Di dalam lingkaran tersebut terdapat tulisan dalam Bahasa Latin yang berbunyi:
AD AETERNAM MEMORIAM SORTIS INFELICIS artinya kurang lebih adalah: Untuk memperingati nasib yang tidak baik.

Selain itu, di dalam lingkaran terdapat kalimat lain yang berbunyi:
IN FORTUNA CONSORTES DIGNI VALETE, QUID STUPEARIS AINSI, VIDETE IGNARI ET RIDETE, CONTEMITE VOS CONSTEMTU VERE DIGNI, artinya kurang lebih adalah: Selamat jalan kawan-kawanku. Mengapa kamu sekalian menjadi bingung dan tercengang. Lihatlah wahai orang-orang yang bodoh dan tertawalah, mengumpatlah, kamu yang pantas di caci maki.
Sementara itu di dalam lingkaran yang lebih kecil terdapat huruf IGM yang diduga singkatan dari IN GLORIAM MAXIMAN, artinya: untuk keluhuran yang tertinggi.

Di dalam batu gilang tersebut juga terdapat gambar segitiga, pada sudut kanan terdapat tulisan QUID STUPEARIS yang dilanjutkan dengan tulisan VID, LEG, INV, dan CUR.
VID kependekan dari VIDETE artinya: lihatlah, LEG kependekan dari LEGETE artinya: bacalah, INV kependekan dari INVENITE artinya rasakanlah, dan CUR kependekan dari CURRITE artinya berjalanlah (mengelilingi Watu Gilang)

Mulai dari kata CONTEMNITE ke arah kiri terdapat tulisan GI>, IC, LX, IX, I> (mungkin 1>> atau D>).
Di depan IX terdapat tulisan seperti huruf M. selain itu terdapat angka Romawi I>LXIX atau CI>I>>LXIX berarti angka tahun tahun 1569 atau 1669.

Di luar segitiga besar, diatas tulisan QUID STUPEARIS INSANI terdapat tulisan VAETE terdapat tulisan AMELAN, di bawah tulisan itu terdapat tulisan SONGUTP. Menurut Serrurier tulisan tersebut di atas seluruhnya dapat dibaca AMELAN (CHO) LIC.

Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang tulisan-tulisan tersebut memang sulit. Siapa penulisnya, apa maksudnya dan apakah tulisan itu dalam waktu yang sejaman dan oleh tangan yang sama, masih merupakan teka-teki. Banyak kemungkinan jawaban diberikan tetapi kebenaran seluruhnya perlu dipertimbangkan. Memang demikianlah yang terjadi pada prasasti pendek. Perlu disebut di sini bahwa disamping tulisan-tulisan tersebut terdapat pula tanda tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar