Minggu, 03 Mei 2009

Andhe-andhe Lumut

Seni pertunjukan berbentuk drama dengan iringan gamelan. Cerita yang ditampilkan biasanya dalam bentuk drama tentang kisah Andhe-Andhe Lumut. Kesenian ini pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1962, dalam upacara bersih desa. Diprakarsai oleh Bapak Basiran (Pak Bas) yang tinggal di Bumen Kotagede.

Dikisahkan, bahwa Mbok Randha Dhadhapan memiliki seorang anak laki-laki bernama Panji Asmara Bangun. Karena sudah dewasa ia diminta kawin oleh ibunya. Sudah banyak kembang-kembang desa yang melamar. Diantaranya bernama Klething Abang, Klething Ijo, Klething Biru, dan banyak lagi gadis lainnya. Tetapi Panji Asmara Bangun menolaknya, karena dalam menuju tempat tinggal Mbok Randha Dhadhapan para gadis tersebut harus menyebrangi sungai, dan diseberangkan oleh Yuyu Kangkang. Yuyu Kangkang selalu minta upah ciuman. Selain itu gadis-gadis tersebut walaupun berwajah dan berparas ayu, tetapi berwajah jahat.

Suatu ketika datanglah Klething Kuning yang berwajah jelek dan kotor, tetapi hatinya suci, karena sering disiksa dan dianiaya oleh ibu tiri dan saudara-saudaranya, yaitu Klething Abang, Klething Biru dan Klething Ijo. Ia tampak sangat jelek.

Ketika hendak menyeberang sungai yang dijaga oleh Yuyu Kangkang, ia tidak mau menggunakan jasanya, bahkan dengan kesaktiannya, sungai itu menjadi kering dipukul dengan sada lanang (sejenis tongkat kecil).

Ketika sampai di rumah Panji Asmara Bangun, Mbok Randha Dhadhapan menolaknya. Tetapi Panji Asmara Bangun tahu dan Klething Kuning disuruh menghadapnya, serta menerimanya sebagai calon isterinya. Setelah dimandikan oleh Mbok Randha Dhadhapan, ternyata ia adalah seorang putri raja yang telah lama menghilang, bernama Galuh Candra Kirana. Maka selanjutnya mereka dapat hidup bahagia sebagai raja dan permaisuri di Kerajaan Jenggala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar