Sabtu, 06 Juni 2009

Bong Supit Pak Darmo

Adalah sebuah legenda Bong Supit dari Kotagede yang telah buka Sejak Zaman Belanda, yang terletak di Jl. Pasarean 4 Kotagede. Salah satu ruangan di rumah itu yang selalu terlihat bersih itu berada di bagian selatan dan menghadap utara itu menjadi saksi bisu terjadinya pemotongan ribuan, bahkan puluhan ribu kulit manusia yang rata-rata berusia SD hingga SMP. Rumah itu adalah tempat kediaman Pak Darmo, bong supit atau tukang khitan yang namanya populer sejak masa penjajahan Belanda.

Namun, namanya kini tinggal kenangan. Sebab, ia telah meninggal dunia tahun 1997 karena faktor usia Dia sendiri kali terakhir mengkhitankan bocah pada tahun 1995. Kini, kepiawaiannya sebagai juru sunat itu diteruskan anak-anaknya. Pak Darmo sendiri lahir tahun 1905. Dia dikaruniai 15 anak, sembilan laki-laki, enam perempuan.

Pak Darmo menjadi legenda dunianya bong supit, karena pekerjaan itu telah dilakoni selama 76 tahun lebih. Awal Pak Darmo menjadi bong supit bermula ketika sebelum masa penjajahan Belanda, rumahnya menjadi kantor Palang Merah Indonesia (PMI). Waktu itu, tahun 1930. Otomatis, ia berkumpul dan bergaul dengan para mantri kesehatan. Hingga akhirnya, menjadi orang yang piawai menyunat. Dalam perjalanannya, Bong Supit Pak Darmo pernah menyunat tokoh-tokoh nasional, termasuk orang-orang penting di Jogja. Saat menjadi bong supit, Pak Darmo dan anak-anaknya mengedepankan ibadah dan aspek sosial.

Dalam pandangan Pak Darmo, menyunat merupakan pekerjaan mulia yang berarti mengislamkan orang. Saat itu, ia menggunakan alat gunting dalam menyunat. Namun, seiring perkembangan teknologi, alat-alat itu tidak dibutuhkan lagi. Kini, Bong Supit Pak Darmo mengoperasikan alat modern dalam menyunat. Alat yang digunakan untuk memotong tidak lagi menggunakan gunting, tapi sinar laser.

Penggunaan sinar laser terbukti mampu meminimalkan rasa sakit yang diderita pasien. Karena saat sinar tersebut dioperasikan, kulit tidak mengeluarkan darah. Hingga tahun 80-an, bocah yang disunat mencapai puluhan orang per hari. Karena waktu itu, patokan untuk menyunat menggunakan kalender Jawa. Tetapi, para orangtua sekarang menyunatkan anak-anaknya pada liburan sekolah. Karena itulah bocah yang disunat ketika sekolah tidak libur, tidak banyak. Jumlahnya 2-3 orang per hari. Namun, saat liburan sekolah, jumlahnya mencapai ratusan orang per hari.

1 komentar: