Jumat, 05 Juni 2009

Basa Bagongan

Ragam bahasa Jawa yang digunakan dalam lingkungan Keraton Mataram. Basa (bahasa) bagongan disebut juga bahasa kedhaton. Bahasa ini tergolong dalam ragam krama madya, sering pula digunakan dalam bahasa pedhalangan.

Menurut sejarahnya, basa kedhaton diciptakan oleh Patih Raja Kapakapa atas perintah Raja Sindhula dari Kerajaan Galuh. Kemudian pada masa Sultan Agung Anyakrakusuma, basa kedhaton mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsure bahasa Jawa kuno. Basa Kedhaton pada zaman Hamengku Buwana I dikembalikan lagi dalam bentuk semula oleh KGPAA Mangkunegara I (menantu Sri Sultan Hamengku Buwana I).

Basa kedhaton digunakan sebagai bahasa komunikasi dalam lingkungan Keraton Mataram hingga perkembangannya menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta hingga awal tahun 1950. Bahasa ini diterapkan sebagai bentuk demokrasi untuk menumbuhkan rasa persatuan diantara priyayi dan abdi dalem.
Basa kedhaton tidak mengenal tingkatan seperti pada bahasa Jawa Umum yaitu krama inggil, krama madya, dan ngoko. Namun bila berbicara dengan pribadi Raja dan Putera Mahkota, kepada keduanya tetap menggunakan Bahasa Jawa ragam krama inggil.

Pada saat ini basa kedhaton sudah mulai terbatas penggunaan pada golongan atau generasi tua atau pada serat dawuh dalem, dan tepas-tepas Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar