Kamis, 04 Juni 2009

Banguntapa, Pangeran

Nama lain dari Kanjeng Susuhunan Pakubowono VI. Pada Kamis Legi 9 Sura 1751 Saka/1824 Masehi, dikisahkan ia berburu kijang ke hutan Krendawahono. Hingga sore hari, belum juga ada berita tentang keadaann sinuhunnya. Padahal seharian berada di dalam hutan yang dikenal wingit dan angker itu. Bahkan hingga malam harinya belum da kabar, hingga diberitakan hilang ditelan belantara Krendawahono. Kabar menyedihkan itu sampai juga ke pihak Belanda. Bahkan Residen saat itu, juga merasa kaget.

Di tengah hutan Krendawahono, terdapat sebuah batu besar. Di atas batu besar itulah Sinuhun Paku Buwono VI sedang duduk bersila. Di hadapan beliau, duduk bersila pula Pangeran Diponegoro. Di sebelah kanan Pangeran Diponegara, duduk Kyai Mojo. Sedang di sebelah kiri, duduk Raden Ajeng Sumirah.

Malam itu, Banguntapa sedang memberi petunjuk kepada Diponegoro, pamannya, tentang cara-cara mengusir penjajah Belanda. Rampung memberikan petunjuk, ia memberi berkah kepada Diponegoro, sebuah saka Keraton Surakarta berupa keris Kyai Sandanglawe. Kepada Raden Ajeng Sumirah, istri Diponegoro, ia memberi pelana kuda Kyai Sabukangin lengkap dengan cemeti Kyai Janur. Juga diserahkan tombak Kyai Tundungmungsuh. Selesai memberikan senjata itu, ia mengajak Diponegoro, Kyai Mojo dan Raden Ajeng Sumirah menuju sebelah timur, ke bawah pohon beringin putih. Di bawah pohon ini Sinuhun Bangutapa bersila lagi di hadapan ketiga priyagung yang juga khusyuk bersila.

Di tempat itu, ia menyerahkan lima batang anak panah bernama Kyai Sirwindo yang ditempatkan dalam kantung bernama Kyai Karumbo. Sinuhun Banguntapa menjelaskan, ketika akan menggunakan panah tersebut terlebih dulu diawali dengan mengucapkan santiswara: “Ingsun keplasake Kyai Sirwindo, nuncepo gundhule Walanda kang hambeg kumawoso.” Artinya : Kulepaskan Kyai Sirwindo, tusuklah kepala Belanda yang angkuh merasa berkuasa.”

Kemudian pasukan Diponegoro diberi nama Barisan Bulkiyo olehnya. Selesai pertemuan itu, mereka tidak segera pulang dan diteruskan dengan sarasehan semalam suntuk di bawah pohon beringin putih. Belanda tidak mengetahui pertemuan itu, karena memang sengaja disebar khabar Sinuhun Banguntapa tersesat di dalam hutan Krendawahono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar