Kamis, 04 Juni 2009

Bandosa

Mengenai pemberangkatan jenazah ke makam, lazimnya mempergunakan bandosa. Berbentuk seperti jodang atau balai-balai memakai kaki panjang sebanyak 4 buah. Dibagian kiri, kanan serta bawah dari tempat untuk membarikan jenazah diberi tebeng. Dengan maksud agar jenazah tidak meluncur dan jatuh pada waktu dipikul nanti. Untuk memikulnya bandosa diberi karahan (gelang-gelang besi) di 4 tempat, di sudut-sudut bandosa atau didekat kakinya.

Ketika jenazah ditempatkan di dalam bandosa, jenazah diikat dengan tali dari kain putih, ditambatkan pada bingkai bandosa. Supaya tidak bergerak atau berubah posisi pada waktu dipikul ke makam.
Bandosa diberi krakap (tutup) yang dibuat melengkung, yang dibuat dari bambu dengan reng-reng atau galar-galar yang pemasanganya renggang. Kemudian diselubungi dengan kain putih. Selubung kain putih itu dibuat terjurai pada bagian kepala dan kaki, juga dibuatkan tutup dari kain putih. Bagian yang terjurai dibuatkan wiru-wiru supaya kelihatan indah.

Dahulu bandosa dibuat secara mendadak atau ketika ada sripah dan dibuat dari mabmu yang sudah tua supaya kuat serta memakai waton (bingkai), reng dan galar. Digelari dengan klasa bangka (tikar dari daun pandan yang anyamannya besar-besar) sebagai alas berbaringnya jenazah. Bingkai-bingkainya dibuat lebih panjang dari balai-balinya. Agar dapat dipergunakan untuk memikul.

Setelah jenazah terletak di liang lahat, ditutup dengan batang-batang bambu utuh atau belahan yang panjangnya sama dengan lebar liang kubur. Namun bila ada persediaan bambu khusus dapat untuk keperluan tersebut. Bambu-bambu dalam bandosa dan galarnya itu dapat digunakan untuk menutup liang lahat. Dengan penutup tersebut berarti jenazah tidak disekap (dipaseg) ketika ditimbun dengan tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar