Jumat, 05 Juni 2009

Bedhah Madiun, Cerita Rakyat

Cerita rakyat mengisahkan perang antara Mataram dengan Madiun. Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senapati berkeinginan kuat memperluas wilayahnya ke arah timur (Jawa Timur). Menurut ramalan Sunan Giri, sebelum menguasai wilayah Jawa Timur, hendaknya menaklukan terlebih dahulu negara-negara di Bang-Wetan (sebutan untuk beberapa wilayah yang berada di sebelah timur dari Keraton Mataram), salah satu wilayah di dalamnya adalah Madiun.

Sebaliknya Madiun di bawah Panembahan Madiun bersatu dengan para bupati di Bang-Wetan tidak mau menyerah dan bermaksud mendahului menyerang Mataram. Hal itu, diketahui Panembahan Senapati dan kemudian mengatur strategi perang karena mengakui kekuatan prajurit perangnya tidak seimbang dengan negara Bang Wetan. Selanjutnya Senapati berunding dengan Pangeran Adipati Mandala-Raka (nama lain dari Ki Juru Martani setelah diangkatnya menjadi patih).

Lalu dilancarkan suatu strategi, Senapati menyuruh seorang abdi wanita bernama Adisara untuk menyerahkan surat takluk kepada Panembahan Madiun dan memintanya agar segera membubarkan prajurit perangnya. Pada saat jumlah bala tentara menyusut, kesempatan ini digunakan Senapati menyerang Madiun. Pasukan Madiun tidak siap menghadapi serangan itu, mengalami kekalahan.

Panembahan Madiun sangat geram dan kecewa atas tipu muslihat Senapati, kemudian melarikan diri. Peristiwa tersebut kemudian didokumentasikan sebagai sebuah tarian klasik di Keraton Kasultanan Yogyakarta dikenal dengan Bedhaya Bedhah Madiun. Tarian ini diciptakan Sultan Hamengku Buwono VII. Pada bedhaya ini terdapat dua penari yang menyandang keris. Simbolisasi dari bagian tarian ini adalah pertemuan antara Panembahan Senapati dengan Retno Dumilah (seorang senapati perang utusan Panembahan Madiun untuk melawannya). Karena dahsyatnya rayuan asmara oleh Panembahan Senapati, menyebabkan keris yang dipegangnya terjatuh, yang merupakan simbolisasi takluknya Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar